Lostolesen

Monday 3 March 2014

Pojok

Pojok

                Hampir setiap sore Ia kunjungi kedai kecil yang sudah lusuh warna dindingnya di pertigaan jalan matraman, biasanya yg tenteng tas samping hitam berisi mesin ketik modern berlogo buah yang digigit separo di ujung atasnya. Sore ini hujan masih menyisakan gerimis, tampaknya dari kejauhan tak ku lihat kau datang denganorang lain. Selang beberapa detik pramusaji yang mamakai kemeja polos berwarna ungu datang dengan buku menu saji, hampir setiap kau datang pasti duduk di pojok yang berlatar lukisan telaga lengkap dengan frame kayu keemasan. Tak lama berselang pramusaji mengantarkan pesananmu sepasang donat cake dan secangkir chocolate panas, asapnya masih mengepul panas. Beberapa jam biasa dihabiskan dengan menu wajib sambil mendengarkan backsound kedai. Tak banyak yang mengira dengan siapa dia akan menghabisakn waktu diam disitu.


Sehabis menyeduh gelas cangkir Ia lepaskan kemejanya, mungkin rutinitas sedari pagi begitu padet, sampai-sapai kerah kemeja menyekiknya. Ia gemar melukis di kain kanvas tapi saat itu ia secarik kertas rasanya cukup tuk membikin sketsa. Gerimis tak kunjung berehenti,2 Donat sudah ludes pula, lantas tiba2 handphonya bordering mungkin someone sedang menghubunginya senja itu.  Tuntas sudah hari itu dengan lamanya, mungkin esok hari akan lagi Ia kembali ke pojok.


Np: Sejuta kisah akan aku bagi, beriah waktu J

No comments:

Post a Comment