Pojok
Hampir
setiap sore Ia kunjungi kedai kecil yang sudah lusuh warna dindingnya di pertigaan
jalan matraman, biasanya yg tenteng tas samping hitam berisi mesin ketik modern
berlogo buah yang digigit separo di ujung atasnya. Sore ini hujan masih
menyisakan gerimis, tampaknya dari kejauhan tak ku lihat kau datang denganorang
lain. Selang beberapa detik pramusaji yang mamakai kemeja polos berwarna ungu
datang dengan buku menu saji, hampir setiap kau datang pasti duduk di pojok
yang berlatar lukisan telaga lengkap dengan frame kayu keemasan. Tak lama
berselang pramusaji mengantarkan pesananmu sepasang donat cake dan secangkir
chocolate panas, asapnya masih mengepul panas. Beberapa jam biasa dihabiskan
dengan menu wajib sambil mendengarkan backsound kedai. Tak banyak yang mengira dengan
siapa dia akan menghabisakn waktu diam disitu.
Sehabis menyeduh gelas cangkir Ia
lepaskan kemejanya, mungkin rutinitas sedari pagi begitu padet, sampai-sapai
kerah kemeja menyekiknya. Ia gemar melukis di kain kanvas tapi saat itu ia
secarik kertas rasanya cukup tuk membikin sketsa. Gerimis tak kunjung
berehenti,2 Donat sudah ludes pula, lantas tiba2 handphonya bordering mungkin someone
sedang menghubunginya senja itu. Tuntas
sudah hari itu dengan lamanya, mungkin esok hari akan lagi Ia kembali ke pojok.
Np: Sejuta kisah akan aku bagi, beriah waktu J
No comments:
Post a Comment