Pergi
Apa aku boleh
pergi ? suaranya lembut berbisik. Sore kian menipis terbuang rugi tanpa memberi
waktu padahal aku tak ragu merubah kita. Tapi aku dimana, takdir memang tak memilih untuk saling
menautkan jemari namun cinta menemukan jalannya sendiri. Kehilangan itu begitu
lucu, bisa menimpa siapa saja, termasuk yang belum pula memiliki. Tapi kau
salah jika berpikir kebahagiaan itu datang
dari hubungan antar sesama manusia. Tuhan menempatkan ini semua
disekitar kita, kebahagiaan ada di semua hal, semua hal yang kita bisa rasakan.
Manusia cuma harus merubah cara padangnya terhadap hal itu. Tapi ada hal yang
lebih besar yang kita bisa hargai, dan sepertinya kau tak keberatan menyebutkan
itu Tuhan.
Pergi, ketika
telat lalu yang akan didapat hanya ditinggal pergi atau pergi sendiri untuk
menyusul gelisah. Belum rasa selamanya ditinggal, setiba waktu berjalan dengan
detiknya setelat apapun akan lagi tinggal bertemu kembali. Tak sedikit yang
berhasil menyusul atau sekedar beratatap muka meski kisah meninggalkan begitu
saja, cepat tuk berlalu mengejar keinginan-lah selagi ada waktu. Cepat berlalu
dengan sombong diri sementara tangis mudah pecah seperti gelas-gelas kaca. February
segera berakhir “go a way” bersamaan jemari ini merangkai sebuah abstrak about
pergi… tenang tenangin dulu sebelum masuk ke dalam jauh tentang bagaimana pergi
tiba-tiba saja terjadi. Pergi tak ada yang menentukan juga bukan pula kata
sifat yang pilu, saat pergi mungkin ada saja yang memberatkan semacam benalu
yang tak tau siapa pohon tapi ia tumbuh tak mempedulikan itu dengan perantara
burung, entah berkicau ataopun tidak. Percayakanlah diri bersama waktu, setiap
pagi yang cerah sebelum bunga tidur memberi ketegaran di diri menyambut.
Percayalah hidup akan semakin indah entah itu dengan air mata atau dengan
canda, tapi tentu saja tak sebercanda ini ketika target esok benar-benar kamu
kejar. Ingatkah tentang lakon pewayangan
yang sangat terkenal tentang Dewi Sinta dan Rama? Bagaimana seorang Rahwana yang
begitu arogan tiba-tiba menjelma menjadi kijang kencana hingga Sinta kepincut
tuk mengelusnya, padalah Rama telah menyediakan lingkaran aman agar tak ada
yang bisa menyentuh Sinta. Selama duabelas tahun Rahwana tak sekalipun
menyentuh Sinta, waktu itu Rahwanan mempersembahkankan taman Argasoka yang
aduhai indahnya, taman yang begitu indah itulah tempat Sinta di among. Kelakar
Rahwana tak akan menyentuh Sinta sebelum Sinta benar-benar jatuh cinta kepada
Rahwana.
Jadilah Pergi
itu biasa saja atau bagaimanapun ceritanya, tak seluruh membicarakan pergi tapi
semuanya tak menyukai pergi. Antara yang meninggalkan dan ditinggalkan,
keduanya tak mempunya siku tiga sepeti kaitannya. (Compose)”
No comments:
Post a Comment