Lostolesen

Saturday 1 March 2014

Under Way

Pergi
Apa aku boleh pergi ? suaranya lembut berbisik. Sore kian menipis terbuang rugi tanpa memberi waktu padahal aku tak ragu merubah kita. Tapi aku dimana,  takdir memang tak memilih untuk saling menautkan jemari namun cinta menemukan jalannya sendiri. Kehilangan itu begitu lucu, bisa menimpa siapa saja, termasuk yang belum pula memiliki. Tapi kau salah jika berpikir kebahagiaan itu datang  dari hubungan antar sesama manusia. Tuhan menempatkan ini semua disekitar kita, kebahagiaan ada di semua hal, semua hal yang kita bisa rasakan. Manusia cuma harus merubah cara padangnya terhadap hal itu. Tapi ada hal yang lebih besar yang kita bisa hargai, dan sepertinya kau tak keberatan menyebutkan itu Tuhan.
Pergi, ketika telat lalu yang akan didapat hanya ditinggal pergi atau pergi sendiri untuk menyusul gelisah. Belum rasa selamanya ditinggal, setiba waktu berjalan dengan detiknya setelat apapun akan lagi tinggal bertemu kembali. Tak sedikit yang berhasil menyusul atau sekedar beratatap muka meski kisah meninggalkan begitu saja, cepat tuk berlalu mengejar keinginan-lah selagi ada waktu. Cepat berlalu dengan sombong diri sementara tangis mudah pecah seperti gelas-gelas kaca. February segera berakhir “go a way” bersamaan jemari ini merangkai sebuah abstrak about pergi… tenang tenangin dulu sebelum masuk ke dalam jauh tentang bagaimana pergi tiba-tiba saja terjadi. Pergi tak ada yang menentukan juga bukan pula kata sifat yang pilu, saat pergi mungkin ada saja yang memberatkan semacam benalu yang tak tau siapa pohon tapi ia tumbuh tak mempedulikan itu dengan perantara burung, entah berkicau ataopun tidak. Percayakanlah diri bersama waktu, setiap pagi yang cerah sebelum bunga tidur memberi ketegaran di diri menyambut. Percayalah hidup akan semakin indah entah itu dengan air mata atau dengan canda, tapi tentu saja tak sebercanda ini ketika target esok benar-benar kamu kejar.  Ingatkah tentang lakon pewayangan yang sangat terkenal tentang Dewi Sinta dan Rama? Bagaimana seorang Rahwana yang begitu arogan tiba-tiba menjelma menjadi kijang kencana hingga Sinta kepincut tuk mengelusnya, padalah Rama telah menyediakan lingkaran aman agar tak ada yang bisa menyentuh Sinta. Selama duabelas tahun Rahwana tak sekalipun menyentuh Sinta, waktu itu Rahwanan mempersembahkankan taman Argasoka yang aduhai indahnya, taman yang begitu indah itulah tempat Sinta di among. Kelakar Rahwana tak akan menyentuh Sinta sebelum Sinta benar-benar jatuh cinta kepada Rahwana.
Jadilah Pergi itu biasa saja atau bagaimanapun ceritanya, tak seluruh membicarakan pergi tapi semuanya tak menyukai pergi. Antara yang meninggalkan dan ditinggalkan, keduanya tak mempunya siku tiga sepeti kaitannya. (Compose)”



No comments:

Post a Comment