Lostolesen

Monday 29 September 2014

Enambelas

Enambelas
                Dalam satu bulan dengan jumlah 30, 31, 29 dan 28 hari pastilah melewati dua digit angka yakni 16. Ia angka yang paling dekat dengan sepertiga dan angka yang paling ajaib bagiku, terlebih tepat di suatu senja di musim semi. Entah dengan bobot berapa kilogram di sebuah rumah yang baru di bangun di sebidang tanah tepat disamping sekolah dasar menjeritlah Abi Sholehuddin. Tangisan pertamaku di tandai. Hingga mala ini Tuhan memberkati ku dengan keadaan sehat dan tiada hentinya asa syukur yang ku panjatkan, Thank’s God. Hmmm lumayang lama juga gak ngeblok nih, kali ini ku bagi kabar bahagia, bahagia menurutku sih, meski agak telat-telat sedikit, hehehehehe. Sembilanbelas September besok ku diberi kesempatan tuk mempertahankan sebuah judul, iya sebuah judul yang tlah lama tak ber-tuan tuk di ujikan di depan tiga beliau, beliau para Dosen yang ku kagumi dan tlah bersedia mentransfer ilmu pada setiap mata kuliah. Mata kuliah menurutku sih apa yang mesti di tatap sewaktu mata kita masih bisa berkedip yang tak pernah mengenal kata telambat, ya memang ku akui saling bertatapan akan menghasilkan sebuah ilmu.
            Tadi sewaktu ku tak di depan laptop oh sungguh bejubel apa yang ingin ku tulis, tentang ini-lah, itu-lah, anu-lah, ini-lah……. tapi pas didepan laptop malah panik, padahal yang ingin aku share ini sifatnya baik ya. :/ :/ Ku pikir ini semua gegara kursor yang bekedip di halaman word document ini salah satu biang keroknya deh. Gara-gara kedip-kedik kek lampu disko jadi salting deh yang mau nulis.
            Oia, sudah lewat tanggal 16 di bulan September, bulan ini emang banyak kejutan yang terjadi, kejutan paling Wah ya tepat 19 september kemaren aku berhasil mempertahankan skripsiku dihadapan satu Profesor, satu Dra, dan satu Drs hehehehe… durasinya ya sejam setengahan gitu, lumayan mateng di ruang sidang. Ngejelasin isi inti skripsi aja sampe ngos-ngosan kek di uber geng motor *Hahahahaha. Tapi finaly succes deh, ya daripada enggak sidang sama-sekali ?? #LOL.  Kalo ditarik mundur lagi ke angka enambelas yang menjadi topik ya sweet banget deh, mulai dari kado dari Angel dan setinya si Angel nemenin step by step proses penulisan hingga nemenin kesana-kemari buat ngrusin ini-itu, makasiii ya Angel. Oia, lucunya lagi pas akhir-akhir kemaren aku panjangin tuh kumis beserta koleganya tapi pas jalan sama si Angel malah disangka Oom-Oom, kadang juga disangka bapak-bapak, kejem amat siiih Surabaya itu, padahal ntu kumis andilnya masiv juga, yang paling nonjol ya pertanyaan dosen slalu mengarah ke kawin kalo gak gitu ya nikah, disangkanya udah tua banget yaa….. ampun deeh.
            Hampir satu abad sebelum kelahiran Nabi Isa A.S  Cicero mengatakan di depan sidang senat Romawi bahwa “Jika kita tidak tahu apa yang terjadi sebelum kita lahir, berarti kita tetap anak kecil”. Hal ini menyangkut tentang bagaimana cara penglihatan yang kabur sejak kita lahir, sebab semuanya “pernah” terjadi, yang kita alami sekarang juga pernah terjadi di waktu lampau. Eh eh tanpa sadar ternyata tulisan ini membelot ke Sejarah, maklum empunya blog ini sendiri adalah seorang mahasiswa pendidikn sejarah, heheh pamer-pamer dikit lah mumpung sampean-sampean lagi baca blog ini sekalian biar kepo-nya halal. Dan untuk mewujudkan pemikiran sejarah yag dewasa diperlukan kemampuan menyusuri wilayah berbatuan yang terbentang antara kutub akrab dengan masa lalu dan kutub asing dengan masa lalu. Kita melihat diri kita sebagai ahli waris sebuah tradisi yang menyediakan tempat berlabuh dan rasa aman bagi kita dalam menghadapi dunia modern yang berubah-ubah. Kemudian ada paradoks, bahwa makna masa lalu terletak justru pada apa yang pada awalnya kita tangkap sebagai tidak bermakna.



            ---- to be continued ---