Enambelas
Dalam satu bulan dengan jumlah 30, 31,
29 dan 28 hari pastilah melewati dua digit angka yakni 16. Ia angka yang paling
dekat dengan sepertiga dan angka yang paling ajaib bagiku, terlebih tepat di
suatu senja di musim semi. Entah dengan bobot berapa kilogram di sebuah rumah
yang baru di bangun di sebidang tanah tepat disamping sekolah dasar menjeritlah
Abi Sholehuddin. Tangisan pertamaku
di tandai. Hingga mala ini Tuhan memberkati ku dengan keadaan sehat dan tiada
hentinya asa syukur yang ku panjatkan, Thank’s
God. Hmmm lumayang lama juga gak ngeblok nih, kali ini ku bagi kabar
bahagia, bahagia menurutku sih, meski agak telat-telat sedikit, hehehehehe.
Sembilanbelas September besok ku diberi kesempatan tuk mempertahankan sebuah
judul, iya sebuah judul yang tlah lama tak ber-tuan tuk di ujikan di depan tiga
beliau, beliau para Dosen yang ku kagumi dan tlah bersedia mentransfer ilmu
pada setiap mata kuliah. Mata kuliah menurutku sih apa yang mesti di tatap
sewaktu mata kita masih bisa berkedip yang tak pernah mengenal kata telambat,
ya memang ku akui saling bertatapan akan menghasilkan sebuah ilmu.
Tadi sewaktu ku
tak di depan laptop oh sungguh bejubel apa yang ingin ku tulis, tentang
ini-lah, itu-lah, anu-lah, ini-lah……. tapi pas didepan laptop malah panik,
padahal yang ingin aku share ini sifatnya baik ya. :/ :/ Ku pikir ini semua
gegara kursor yang bekedip di halaman word document ini salah satu biang
keroknya deh. Gara-gara kedip-kedik kek lampu disko jadi salting deh yang mau
nulis.
Oia, sudah lewat
tanggal 16 di bulan September, bulan ini emang banyak kejutan yang terjadi,
kejutan paling Wah ya tepat 19 september kemaren aku berhasil mempertahankan
skripsiku dihadapan satu Profesor, satu Dra, dan satu Drs hehehehe… durasinya
ya sejam setengahan gitu, lumayan mateng di ruang sidang. Ngejelasin isi inti
skripsi aja sampe ngos-ngosan kek di uber geng motor *Hahahahaha. Tapi finaly
succes deh, ya daripada enggak sidang sama-sekali ?? #LOL. Kalo ditarik mundur lagi ke angka enambelas
yang menjadi topik ya sweet banget deh, mulai dari kado dari Angel dan setinya
si Angel nemenin step by step proses penulisan hingga nemenin kesana-kemari
buat ngrusin ini-itu, makasiii ya Angel. Oia, lucunya lagi pas akhir-akhir
kemaren aku panjangin tuh kumis beserta koleganya tapi pas jalan sama si Angel
malah disangka Oom-Oom, kadang juga disangka bapak-bapak, kejem amat siiih
Surabaya itu, padahal ntu kumis andilnya masiv juga, yang paling nonjol ya
pertanyaan dosen slalu mengarah ke kawin kalo gak gitu ya nikah, disangkanya
udah tua banget yaa….. ampun deeh.
Hampir satu abad
sebelum kelahiran Nabi Isa A.S Cicero
mengatakan di depan sidang senat Romawi bahwa “Jika kita tidak tahu apa yang
terjadi sebelum kita lahir, berarti kita tetap anak kecil”. Hal ini menyangkut
tentang bagaimana cara penglihatan yang kabur sejak kita lahir, sebab semuanya “pernah”
terjadi, yang kita alami sekarang juga pernah terjadi di waktu lampau. Eh eh
tanpa sadar ternyata tulisan ini membelot ke Sejarah, maklum empunya blog ini sendiri adalah seorang mahasiswa
pendidikn sejarah, heheh pamer-pamer dikit lah mumpung sampean-sampean lagi
baca blog ini sekalian biar kepo-nya halal. Dan untuk mewujudkan pemikiran
sejarah yag dewasa diperlukan kemampuan menyusuri wilayah berbatuan yang
terbentang antara kutub akrab dengan masa lalu dan kutub asing dengan masa
lalu. Kita melihat diri kita sebagai ahli waris sebuah tradisi yang menyediakan
tempat berlabuh dan rasa aman bagi kita dalam menghadapi dunia modern yang
berubah-ubah. Kemudian ada paradoks, bahwa makna masa lalu terletak justru pada
apa yang pada awalnya kita tangkap sebagai tidak bermakna.
---- to be
continued ---
No comments:
Post a Comment